"Beneran mo ikutan mas?"
Dia memandang kedalam mataku, tajam. Anak mata
hitamnya bersinar-sinar, entah kerana gembira atau kerana terkejut. Dahinya
berkerut memperlihatkan garis-garis kasar yang menarik sama bergerak-gerak
keningnya yang hitam dan tebal. Aku membuka topi keledar dan menganggukkan kepalaku
dengan cepat.
Senja itu hujan gerimis. Petang khamis. Malam
itu katanya malam jumaat keliwon mengikut hitungan kalendar jawa. Kata orang
malam jumaat keliwon ini malam hantu setan keluar beramai-ramai. Yang aku faham
malam jumaat keliwon ini malam bulan penuh bersinar. Namun rasanya malam ini
bulan akan bersembunyi lagi. Seperti malam-malam lain dibulan tengkujuh. Awan
hitam menyelubungi langit.
"Di kost mas aja yah? Lebih enak. Jadi mas
nggak perlu repot-repot mo keluar lagi," ujarnya sambil mengembalikan wang
lima ribu rupiah sebagai baki dari wang dua puluh ribu rupiah yang aku hulurkan
sebelumnya sebagai upah menghantar aku pulang dengan motor bebeknya.
"Lho, emang sampeyan janjian ama dia
gimana?"
"Tenang aja mas. Toh dia yg nyari saya.
Bukan saya yang manggil. Emang biasanya gitu."
Aku senyum dan melangkah memasuki pintu pagar
motel yang sudah aku sewa selama hampir setahun ini. Sudah tiga kali aku
berpindah bilik dalam motel ini. Sederhana tetapi aku menyukainya kerana ini
satu-satunya motel yg mempunyai beranda kecil dengan pintu dan tingkap kaca
setinggi tujuh kaki. Kurang sedikit rasa terkurung dalam sebuah bilik studio,
terutama ketika menghabiskan waktu dihujung minggu diatas sofa menonton TV dan
melayari internet.
Pintu bilikku terbuka. Kuletakkan bag sandangku
di atas katil dan aku duduk di sofa. Aku nyalakan TV dan aku pasang sebatang
rokok. Aku sedut dalam-dalam sebelum menghembusnya keluar perlahan-lahan. Apa
yang telah aku lakukan tadi? Benarkah kisah tukang ojeg itu? Setan meminta
nasihat manusia untuk menyesatkan manusia? Tak apalah, ini kan malam
pembuktian. Biasanya cerita-cerita seperti ini kelentong saja. Aku padamkan
rokok dan berfikir untuk mandi.
***
Waktu itu aku sedang di bilik air membasuh
tanganku. Menghilangkan aroma sambal terasi dari celah-celah jari dan kuku yang
kudapatkan dari nasi uduk berlaukkan paha ayam dan tempe goreng yang biasa aku
pesan dari warung tepi jalan di hujung lorong di depan motelku. Hujan gerimis
sudah tiada lagi, hanya udara dingin segar yang menerobos masuk ke bilikku dari
tingkap yang ku biarkan terbuka.
Bunyi ketukan pintu berkali-kali kubiarkan
sehingga aku selesai mencuci tangan. Setelah aku pusingkan anak kunci dan
membuka pintu, sosok kurus berkulit hitam menyeringaikan giginya yang berkarat,
mungkin kerana rokok kretek yang aku lihat tidak putus puntung dihisapnya
ketika mangkal menunggu pelanggan, istilah yang bermaksud 'menunggu di
pengkalan'. Dia menghulur tangannya dan kami bersalaman. Genggaman yang kuat,
menunjukkan bahawa dia seorang yang berpendirian teguh. Aku menjemputnya masuk
dan duduk disatu-satunya sofa dalam bilikku. Aku membuka peti ais dan
menawarkan dia minuman.
"Sudah berapa kali dia menemui
sampeyan?" tanyaku membuka perbualan.
"Nggak saya hitung mas kerna bukan cuma
satu. Kadang-kadang datangnya berdua. Kadang-kadang yang datang itu tidak sama.
Tapi emang setiap malam keliwon seperti ini pasti mereka datang,"
terangnya sambil meneguk 'pulpy orange'.
"Sampeyan nggak merasa berdosa ngajarin
mereka nyesatin manusia?"
"Kan bukan saya yg lakuin mas? Toh kita
sesama manusia aja saling ngajarin cara buat jahat. Orang nggak tau kita kasih
tau. Orang yang baik-baik kita sodorin yang nggak-nggak. Orang buat jahat aja
kita nggak mo nasiatin. Kalo di nasiatin malah kita yang dianggap nggak
bener."
"Mending saya ngajarin setan mas. Itu juga
bukan saya ngajarin gimana lakuin kejahatan, toh mereka lebih pinter mas. Saya
cuma jelasin mengapa kalo yang mereka lakuin itu nggak berhasil. Setan kan
nggak bisa masukin hati orang-orang yang baik."
Dia membuka topi dan meletakkannya di atas
meja. Disibak rambut gondrongnya ke belakang dengan jari-jari kurusnya yang
meruncing. Aku hanya mengenali dia sebagai tukang ojeg yang sering aku langgani
sepulangnya aku dari pejabat. Orangnya suka tertawa dan suka bercerita
kisah-kisah aneh kepadaku disepanjang perjalanan, walaupun biasanya aku tidak
begitu mendengarkan cerita-ceritanya yang aku anggap karut-marut dan penuh
tahyul. Hingga beberapa hari ini dia memberitahuku bahawa dia sering didatangi
oleh setan yang meminta nasihat mengenai cara menyesatkan manusia. Dan
pengakuannya itu menjentik sifat ingin tahuku yang menbuak-buak. Maka aku mahu
dia membuktikannya malam ini, dan dengan santai dia bersetuju. Aku yang
seram-sejuk.
"Mas sering buka jendela waktu malam yah?
Bahaya mas. Setan seneng. Seolah nawarin mereka masuk. Orang tua-tua kan
ngomong kalo malam harus tutup pintu dan jendela."
"Yang seneng itu maling. Setan kan bisa
masuk walau ke tutup pintunya?" balah aku. Merasa sedikit terganggu dengan
pernyataannya. Dia hanya menyeringai sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.
"Sebenarnya apa sih yang mereka tanyain ke
sampeyan?"
"Owh.. Ada satu malam yang datang itu
setan yang memang kerjanya hancurin rumahtangga manusia."
"Emang setan juga dibagi-bagi
kerjanya?" aku memotong kata-katanya.
"Iya mas. Ada yang kerjanya gangguin
rumahtangga. Ada yang emang khusus untuk pencuri, judi, membunuh. Wujud mereka
juga beda-beda. Aslinya yah. Tapi biasanya mereka bisa berubah-ubah bentuk sih.
Pernah satu malam yang datang itu serem banget sampe saya sendiri kabur.
Setelah itu dia membentuk jadi cewek cakep banget, kayak Luna Maya, baru saya
berani."
"Terus dia nanya apa ke sampeyan?"
"Dia bilang dia disuruh misahin satu
keluarga ini, supaya suaminya yang baik itu jadi jahat. Jadi si setan ini udah
dapet merusak jiwa isterinya tapi suaminya itu tetap sabar mau diapain juga.
Malah ibadah suaminya makin kuat. Ini yang si setan bingung. Biasanya kalo
isterinya udah begitu suami pasti jadi nggak sabar dong kan?"
"Terus apa yang sampeyan nasiatin?"
"Saya bilang dibalikin aja. Orang yang
baik jangan disuruh berbuat jahat, pastilah dia nggak mau. Jadi bikin aja yang
baiknya itu jadi salah."
"Maksud sampeyan?"
"Gini loh mas. Kan dalam kitab-kitab juga
ngomongin bahawa ibadat-ibadat kita ini nggak akan ada gunanya kalo kita merasa
kita lebih baik dari orang lain. Nah, itukan lowongan buat setan. Maka saya
bilangin ke setan itu, ubah aja isterinya jadi baik, ntar kan suaminya merasa
doanya makbul. Terus makbulin aja doa-doa suaminya yang lain. Biar dia merasa
jadi hebat kan? Terus isterinya akan muji-muji dia terus. Hati kita gimana dong
kalo dipuji tiap hari? Lama2 GR kan? Akhirnya lupa diri. Solat yah solat tapi kan
kyusunya udah beda."
GR bermaksud 'gede rasa', maksudnya menjadi
bangga. Gila juga mamat ni. Ternyata dia juga bukan calang-calang orang. Di
luar jendela keadaanya sangat gelap. Mungkin hujan lebat akan turun malam ini.
Dingin angin mula menusuk tubuhku yang hanya berseluar pendek dan berbaju
t-shirt nipis berwarna putih. Dia menyalakan rokoknya. Bau kretek menyengat
memenuhi ruang.
"Boleh nanya nggak? Untungnya apa sih buat
sampeyan? Aku lihat sampeyan biasa-biasa aja."
Aku lihat penampilannya yang ringkas, seluar
jeans kumal dengan baju t-shirt lusuh terlindung dalam jaket hitam yang hampir
tidak pernah dibukanya. Di belakang jaketnya tertampal logo kepala tengkorak
yang tertusuk dengan pisau belati di atasnya dan kelihatan seekor ular berwarna
hijau keluar dari lubang mata sebelah kiri tengkorak tersebut. Terlihat darah
meleleh dari pisau belati itu membasahi bahagian atas tengkorak. Aku juga
perasan yang dia hanya memakai selipar jepun berwarna putih, persis sama dengan
selipar jepun yang aku gunakan di bilik air. Bercak-bercak tanah terlihat di
kiri dan kanan seliparnya.
"Emang kalo temenan ama setan jadi kaya ya
mas? Mana ada. Orang yang mau kaya itu orang miskin. Kalo saya ma nggak butuh
apa-apa. Toh apa yang saya butuh semua saya dapat koq. Justeru saya lebih
seneng begini."
"Terus ngapain sampeyan bantuin
mereka?"
Dia hanya tersenyum sambil menyedut rokok
kreteknya. Berdetus-detus bunyi cengkih melayan api yang menyala. Tiba-tiba
angin kuat menderu menerjah tingkap yang terbuka. Kelihatan pokok di luar
tingkap meliuk-liuk diayun angin menghasilkan bunyi desiran yang kuat ketika
daun-daunnya saling bergesekan.
"Dia udah datang mas." sekujur bulu
tengkukku berdiri mendengarnya.
***
Suasana menjadi hening. Dia kelihatan resah dan
bangun meninjau ketingkap. Kelihatannya seperti dia sedang bercakap-cakap
dengan seseorang. Dan yang anehnya, dia bukan bercakap dengan seseorang di
bawah. Bilikku berada ditingkat tiga, jika dia bercakap-cakap dengan seseorang
diluar sudah tentu dia akan menunduk ke bawah. Tapi aku lihat dia
bercakap-cakap dengan seseorang yang seolah-olah sedang bergayut di pokok. Aku
masih duduk di atas katil, seolah-olah kakiku sangat berat untuk ikut melangkah
melihat apa yang berlaku. Dia berpaling padaku dengan muka resahnya.
Seolah-olah ada sesuatu di dalam mulutnya yang tidak membolehkan dia mengatakan
sesuatu.
"Gimana yah mas. Dia bilang dia nggak bisa
masuk ke kamar," akhirnya dia bersuara dengan tangan kanannya
menggaru-garu kepala yang aku tahu tidak gatal.
"Kenapa?"
"Anu.. Dia bilang ada api. Jadi dia nggak
berani."
"Emang api takut sama api?"
"Justeru itu mas. Besi juga kalah ama
besi. Kita juga tanah kalah ama tanah. Kalo ditanam hancur tho? Katanya
teman-teman dia juga nggak bisa masuk lewat pintu depan. Ngetok aja nggak
berani."
"Mana setannya?"
Dia menunjukkan jarinya ke arah satu sosok
hitam, seperti bayang-bayang sahaja kelihatannya, yang berselindung di
celah-celah cabang pokok besar di depan bilikku. Tidak begitu jelas pada
penglihatanku. Aku bangun untuk melihat. Aku cuba membesarkan anak mataku dan
mencari-cari, aku perasan ada sesuatu yang bergerak seolah-olah mahu
bersembunyi.
"Terus gimana? Apa di balkon aja? Berani
nggak dia?"
"Iya deh. Ntar aku tanyain."
Dia membuka pintu beranda dan menyelinap keluar
ke dalam gelap malam. Angin di luar menghembus memenuhi bilikku, mengejar
keluar bau kretek berganti dengan bau lavender yang berdesup menusuk hidungku.
Aku kembali duduk di pinggir katilku. Menunggu.
2 ulasan:
oii....engko lagi besar dar setan kut...
manusia itu sebaik2 kejadian, hantu jin takder kuasa apa2 pd manusia, dia hanya boleh buat sesuatu kat kita bila kita yg izinkan, dgn izin Allah.. ;)
Post a Comment